Xerostomia pada Penderita Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit multifaktorial yang biasanya disebabkan gangguan pada sistem endokrin yang bersifat kronis.1 DM ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) dan gangguan metabolism karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan ganggguan kerja insulin atau gangguan sekresi insulin atau gabungan keduanya. Diabetes Melitus mempunyai dua tipe utama yaitu DM Tipe 1 (DMT1) yang tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM) dan DM tipe 2 (DMT2) tidak tergantung insulin (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus/NIDDM). Penyakit DM dapat menyebabkan beberapa gejala pada bagian mulut, antara lain terjadi gingivitis dan periodontitis, kehilangan perlekatan gingiva, peningkatan derajat kegoyangan gigi, dan xerostomia.
Xerostomia
merupakan kondisi mulut kering yang ditandai adanya penurunan laju alir saliva.
Biasanya penderita xerostomia mengeluh kesulitan mengunyah, menelan, berbicara,
gangguan pengecapan dan rasa sakit pada lidah. Xerostomia juga dapat
mengakibatkan gigi karies, erythema mukosa oral, pembengkakan kelenjar parotid,
angular cheilitis, mukositis, inflamasi atau ulser pada lidah dan mukosa bukal,
kandidiasis, sialadenitis, halitosis, ulserasi pada rongga mulut.
Beberapa
studi menjelaskan ada beberapa faktor yang dapat memicu penurunan sekresi
saliva pada pasien DM yaitu adanya proses penuaan dan lama menderita DM. Proses
penuaan yang terjadi seiring dengan meningkatnya usia yang akan menurunkan
produksi serta merubah komposisi dari saliva. Pasien yang menderita diabetes
melitus >8 tahun lebih beresiko
dibandingkan dengan pasien yang menderita diabetes melitus. Semakin lama pasien
menderita diabetes melitus dengan kondisi hiperglikemia yang dialami, maka akan
semakin tinggi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi kronik. Komplikasi
kronik ini salah satunya adalah xerostomia.
Perawatan
xerostomia merupakan perawatan yang bersifat paliatif untuk mengurangi gejala
dan meningkatkan aliran saliva. Perawatan paliatif ini juga bertujuan untuk
mencegah komplikasi oral lainnya yang ditimbulkan penurunan aliran saliva.
Penderita perlu diedukasi untuk menjaga Kesehatan rongga mulut dan melakukan
kunjungan ke dokter gigi lebih sering untuk mengevaluasi komplikasi oral yang
mungkin muncul akibat xerostomia. Pasien perlu diedukasi untuk mengonsumsi air
putih yang cukup. Sekresi saliva dapat distimulasi dengan mengonsumsi permen
karet xylitol. Xylitol adalah pemanis alami yang bermanfaat menekan jumlah
bakteri oral, menghambat pertumbuhan plak, dan memicu remineralisasi gigi.
Perawatan xerostomia pada pasien DM yang dapat dilakukan yaitu merujuk pasien
ke dokter spesialis penyakit dalam untuk mengganti obat antidiabetes dengan
obat yang memiliki lebih sedikit efek samping terhadap xerostomia, seperti obat
glimepiride yang merupakan golongan sulfonilurea generasi ketiga.
Referensi :
Kurniawan, A. A., Wedhawati, M. W.,
Triani, M., Imam, D. N. A., & Laksitasari, A. (2020). Laporan Kasus:
Xerostomia pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Stomatognatic-Jurnal Kedokteran Gigi, 17(1), 33-36.
Pinatih, M. N. A. D., Pertiwi, N. K. F.
R., & Wihandani, D. M. (2019). Hubungan Karakteristik Pasien diabetes
melitus dengan kejadian xerostomia di RSUP Sanglah Denpasar. Bali Dental Journal, 3(2), 79-84.